Senin, 13 April 2015

HUBUNGAN DAN KEDUDUKAN FILSAFAT DARI PENDIDIKAN ISLAM
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu dari mata kuliah
“Filsafat Pendidikan Islam”



Di Sususn Oleh:
Sifa Ma’rifat (210312220)

Dosen Pengampu:
Dr. M. Miftahul Ulum, M.Ag
Kelas TB.G/5

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
OKTOBER 2014
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu sedangkan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah tahu dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah dijangkau.
Filsafat  merupakan kegiatan pikiran. Pikiran manusia ini menerawang dan menelaah segala yang ada di alam semesta. Penelaah ini melahirkan pengertian tentang realitas itu, upaya mengetahui segala itu di lakukan secara sistematis, artinya menggunakan   hukum berpikir, pikiran filosofis ini mencari hakikat segala sesuatu itu sampai ke pengertian yang paling dalam.
Filsafat memang dimulai dari rasa ingin tahu. Keingintahuan manusia ini melahirkan pemikiran.  Manusia memikirkan apa yang ingin diketahuinya. Pemikiran inilah yang disebut filsafat. Dengan berfilsafat manusia kemudian menjadi pintar.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif.

B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian filsafat islam!
2.      Pengertian pendidikan islam!
3.      Hubungan filsafat dengan islam dalam filsafat islam!
4.      Hubungan antara filsafat dan pendidikan!
5.      Kedudukan filsafat islam dalam kajian pendidikan!





PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat Islam
               Filsafat Islam adalah filsafat yang dihasilkan oleh para filosof muslim, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd. Para filosof muslim itu, seperti kata George C. Anawati, memiliki “starting point” yang sama, yaitu “kebenaran-kebenaran Qur’ani”. Mereka, kata Ahmad Fuad al-Hawani, memeperhitungkan unsur “Islam” dan menyesuaikan pandangan-pandangan falsafinya dengan Islam itu.[1]
               Para filosof muslim berusaha menunjukkan bahwa pemikiran filsafat tidak mesti bertentangan dengan agama. Bahwa ada hasil-hasil pemikiran manusia yang bertentangan dengan agama, tidaklah disangkal, tapi hal demikian tidak boleh menjadi penghalang bagi kegiatan berfikir, berfilsafat, atau mempelajari pemikiran filsafat. Kita, kata ibnu rusyd seyogyanyalah mengulurkan tangan kita padabuku-buku para pemikir terdahulu dan memepelajari apa yang telah mereka pikirkan (katakan). Jika pemikiran mkereka benar, kita terima, dan jika ada yang salah, maka yang salah itu kita tolak.[2]
               Esensi yang sesungguhnya dari filsafat islam dapat dilihat dari beberapa definisi sebagai berikut:
1.      Filsafat islam adalah kajian tentang alam dan manusia dalam sinar terang ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh Islam.
2.      Sebutan “filsafah islam” diberikan kepada pemikiran jemaat muslim tentang alam, metafisika, dan tentang manusia, individual dan sosial, tetapi pemikiran falsafi mereka terkait dengan prinsip-prinsip dan pesan-pesan yang dibawa oleh islam.
3.      Filsafat muslim adalah satu paduan pemikiran-pemikiran barat dan timur yang berada di bawah dominasi pengaruh ajaran islam. Paduan itu sedemikian rupa sehingga filsafat muslim itu berkembang pada jalan-jalannya sendiri, tidak tergantung pada pemikiran-pemikiran siapa pun yang ditiru oleh filasafah muslim itu.


B.     Pengertian Pendidikan Islam
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan Islam sangat beragam, hal ini terlihat dari definisi pendidikan Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan berikut ini:
Prof.Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.
Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.[3]
Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Attas, pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Sehingga, membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian[4]

C.    Hubungan filsafat dengan islam dalam filsafat islam
            Hubungan filsafat dengan islam dalam filsafat islam tidaklah sedangkal apa yang digambarkan oleh Y.W.M. Bakker. Dengan memilih ungkapan “filsafat dalam islam”, bakker menyatakan bahwa filsafat hanya mempunyai nisbah lahir dengan islam, menyerupai hubungan antara jemaah haji dengan kendaraan yang mereka tumpangi untuk pergi ke mekkah, bukan nisbah batin antara jemaah itu dengan iman yang ada dalam hati mereka. Sebenarnya, bila dilihat kembali ayat-ayat al-qur’an dan hadits-hadits nabi, yang mendorong umat manusia agar belajar, menuntut ilmu, membaca, memperhatikan segala macam fenomena, meneliti dengan seksama benar-bohongnya suatu informasi. Berupaya mengambil pelajaran dari apa yang sudah diketahui melalui analogi, merenung, berpikir danlain sebagainya.
            Islam selain berfungsi sebagai roh yang menghidupkan filsafat dalam filsafat islam, dan selain berperan sebagai yang memerintahkan aktivitas itu, juga berperan sebagai filter atau sebagai alat pengukur terhadap pemikiran-pemikiran filsafat yang diserap dari mana pun atau yang dikembangkan sendiri oleh para filosof muslim. Yakni wahyunya, juga berfungsi sebagai confirmator bagi pikiran-pikiran filsafat yang sudah sejalan/sesuai dengan ajaran-ajaran yang diinformasikan dalam wahyu. Jadi, hubungan islam dengan filsafat dalam filsafat islam dapat di ibaratkan seperti hubungan iman dengan amal shaleh atau hubungan sebab dengan akibat. Islam dapat di pahami sebagai efisien dan sebab formal bagi filsafat dalam filsafat islam. Itu berarti bahwa islam bukan saja sebagai penggerak efektif terhadap filsafat, melainkan juga memberi bentuk kepada filsafat itu, yakni bentuk-bentuk yang sejalan, sesuai, atau tidak bertentangan dengan ajaran wahyu dalam islam sendiri.[5]   

D.    Hubungan antara filsafat dan pendidikan
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.[6]
Lebih lanjut Kilpatrick dalam bukunya “Philosophy of Education”, menjelaskan bagaimana hubungan filsafat dengan pendidikan sebagai berikut: “Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha; berfilsafat adalah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik adalah usaha merealisasikan nilai-nilai dan cita-cita itu dalam kehidupan, dalam kepribadian manusia. Mendidik adalah mewujudkan nilai-nilai yang dapat disumbangkan oleh filsafat, dimulai dengan generasi muda; untuk membimbing rakyat membina nilai-nilai di dalam kepribadian mereka, dan dengan cara ini pula cita-cita tertinggi suatu filsafat dapat terwujud dan melembaga di dalam kehidupan mereka.” Dengan demikian jelaslah bahwa filsafat dan pendidikan itu tidak dapat dipisahkan. Dalam hal ini filsafatlah yang menetapkan konsep, ide-ide dan idealisme atau ideologi yang dibutuhkan sebagai dasar/landasan dan tujuan pendidikan. Dan pendidikan merupakan usaha yang mengupayakan agar ide-ide tersebut menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, dan bahkan membina kepribadian

E.     Kedudukan Filsafat Islam dalam kajian pendidikan
Perkembangan filsafat dalam dunia Islam tampak nyata setelah umat Islam-bangsa Arab pada masa itu-berkomunikasi dengan dunia sekitar. Perkembangan filsafat tersebut dipercepat oleh kaum muslimin dengan adanya usaha-usaha penerjemahan berbagai macam buku ilmu pengetahuan, terutama filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab. Di antara ciri khusus filsafat dalam Islam adalah penggunaan Alquran sebagai landasan berpikir dan pembimbing bagi kegiatan berfilsafat. Dalam Alquran tersebar ayat-ayat yang memerintahkan, mendorong, serta membimbing umat Islam bertafakkur, bertafakkuh, menggunakan ra’yu, mengadakan penyelidikan, penelitian, dan sebagainya.
Secara konkret dan praktis, kegiatan filsafat dalam dunia Islam bermula dan tampak dalam sistem pengambilan kebijakan dengan jalan ijtihad. Ijtihad adalah usaha untuk mendapatkan kebenaran dan kebijaksanaan dengan menggunaka segenap daya akala pikiran serta potensi-potensi manusiawi lainnya. Sistem ijtihad inilah yang menjadi dasar-dasar epistemologi dalam filsafat Islam, yang kemudian dalam perkembangannya menimbulkan berbagai macam aliran pemikiran filsafati dalam dunia Islam. 
Filsafat sering pula diistilah kan dengan The mother of science artinya induk (babon) dari segala ilmu pengetahuan. Disebut demikian disebabkan filsafat tersebut merupakan cikal bakal atau bibit pengetahuan. Ilmu-ilmu yang muncul sekarang ini tidak lain adalah turunan atau sebagian jawaban tentang pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh filsafat. Filsafat memiliki nilai signifikan dalam proses pendidikan (ilmu pengetahuan) dalam mengkoordinasikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam pendidikan.
Oleh karena itu, filsafat merupakan salah satu dari beberapa yang menjadi landasan pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan suatu acuan yang dijadikan bahan referensi dalam menentukan pendidikan, maka harus adanya sistem pendidikan dalam membina filsafat pendidikan yang menyeluruh, realistis, fleksibel dalam mengambil landasan-landasan dan prinsip-prinsipnya dari prinsip-prinsip dan ajaran islam yang mulia dan akidahnya yang berkaitan dengan watak alam jagad manusia masyarakat dan krehidupan dan juga hubungan elemen-elemen ini semua satu sama lain di satu sisi dan hubungannya dengan penciptaannya disegi yang lain. juga yang berhubungan dengan watak ilmu pengetahuan manusia watak nilai-nilai moral dan watak proses pendidikan dan fungsinya dalam kehidupan.
Selain itu juga, filsafat memiliki nilai historis dalam mentransformasikan pendidikan, sehingga filsafat sering disebut ibu atau ratu pengetahuan (The mother atau The queen of the science), sebab dalam dirinya telah lahir berbagai ilmu. Puncaknya pada abad ke-19 berbagai ilmu masih dipandang sebagai cabang filsafat: fisika dan kimia masih dibawah filsafat alam, psikologi masih dibawah filsafat mental, serta polotik, ekonomi dan sosiologi berada di bawah paying filsafat moral. Lambat laun ilmu-ilmu tumbuh dan berkembang menjadi mandiri dalam penemuan fakta empiris.
Dengan adanya nilai historis yang teraplikasi dalam filsafat secara tidak langsung filsafat dapat mengkoordinasikannya dalam proses pendidikan serta membantu dalam perkembangannya sehingga mampu menjadi suatu landasan untuk dijadikan refrensi, untuk dioprasionalkan, selain itu filsafat juga berada sebagai satuan social. Dan gagasan dasarnya terletak pada kebenaran ilmu, serta gagasan tentang manusia. Dari sini, satuan social diletakkan sebagai akar kehidupan kemanusiaan, tampak pula didalamnya gagasan tentang filsafat manusia, alam, dan pendidikan. Pendidikan harus percaya bahwa pencapaian keutamaan hidup itu memerlukan daya kreatif dengan kekuatan akal pikiran dan kesediaan berkorban.
Kesempurnaan akal pikiran diperoleh seseorang jika bisa membedakan dan membandingkan kebenaran dan kesalahan. Pendidikan yang berguna bagi penyempurnaan jauh lebih penting dibandingkan memenuhi kebutuhan akal. Fungsi filsafat pendidikan yang lebih konkret dijelaskan oleh Ahmad D. Marimba. Menurutnya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjadi pegangan pelaksanaan pendidikan yang menghasilkan generasi-generasi baru yang berkepribadian muslim.
Generasi-generasi ini selanjutnya akan mengembangkan usaha-usaha pendidikan dan mungkin mengadakan penyempurnaan atau penyusunan kembali filsafat yang mendasari usaha-usaha pendidikan itu, sehingga membawa hasil yang lebih besar. Pendapat yang terakhir memberi petunjuk bahwa filsafat pendidikan islam selain menjadi acuan bagi pendidikan dalam menghasilkan generasi yang islami, diharapkan juga dapat mendukung pengembangan konsep filsafat pendidikan islam itu sendiri.
Dengan demikian, pendapat yang terakhir ini lebih mengorientasikan filsafat pendidikan pada upaya menghitung tercapainya tujuan pendidikan, selain itu dari seluruh kegiatan dan aspek pendidikan yang ada, pada akhirnya memang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Jadi, seseorang boleh saja mengorbankan atau merubah cara, tetapi tidak boleh begitu saja merubah atau mengorbankan tujuan pendidikan. [7]









PENUTUP

Kesimpulan
Islam selain berfungsi sebagai roh yang menghidupkan filsafat dalam filsafat islam, dan selain berperan sebagai yang memerintahkan aktivitas itu, juga berperan sebagai filter atau sebagai alat pengukur terhadap pemikiran-pemikiran filsafat yang diserap dari mana pun atau yang dikembangkan sendiri oleh para filosof muslim
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi
Secara konkret dan praktis, kegiatan filsafat dalam dunia Islam bermula dan tampak dalam sistem pengambilan kebijakan dengan jalan ijtihad. Ijtihad adalah usaha untuk mendapatkan kebenaran dan kebijaksanaan dengan menggunaka segenap daya akala pikiran serta potensi-potensi manusiawi lainnya. Sistem ijtihad inilah yang menjadi dasar-dasar epistemologi dalam filsafat Islam, yang kemudian dalam perkembangannya menimbulkan berbagai macam aliran pemikiran filsafati dalam dunia Islam.








DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Abdul Aziz. Pemikiran Falsafi Dalam Islam. Jakarta: Karya Unipress, 2003.
http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/hubungan-filsafat-dan-pendidikan/. Diakses pada tanggal 14 oktober 2014
http://chaydar-wahyoepratama.blogspot.com/2012/05/kedudukan-filsafat-islam-dalam-kajian.html. di akses pada tanggal 15 oktober 2014
http://bambumoeda.wordpress.com/2012/06/11/pengertian-pendidikan-islam/. Di akses pada tanggal 15 oktober 2014

http://topiknugroho.wordpress.com/2013/12/04/pengertian-pendidikan-islam/. Diakses pada tanggal 15 oktober 2014














       [1]Abdul Aziz Dahlan, Pemikiran Falsafi Dalam Islam (Jakarta: Karya Unipress, 2003), 32
       [2] Ibid., 33
       [3] http://bambumoeda.wordpress.com/2012/06/11/pengertian-pendidikan-islam/. Di akses pada tanggal 15 oktober 2014
       [4] http://topiknugroho.wordpress.com/2013/12/04/pengertian-pendidikan-islam/. Diakses pada tanggal 15 oktober 2014
       [5]Ibid., 35-36
       [6] http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/hubungan-filsafat-dan-pendidikan/. Diakses pada tanggal 14 oktober 2014

       [7] http://chaydar-wahyoepratama.blogspot.com/2012/05/kedudukan-filsafat-islam-dalam-kajian.html. di akses pada tanggal 15 oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar