HUBUNGAN DAN KEDUDUKAN FILSAFAT DARI PENDIDIKAN ISLAM
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu dari mata kuliah
“Filsafat Pendidikan Islam”
Di Sususn Oleh:
Sifa Ma’rifat (210312220)
Dosen Pengampu:
Dr. M. Miftahul Ulum, M.Ag
Kelas TB.G/5
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
OKTOBER 2014
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengetahuan
dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu
sedangkan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk
mengetahui apa yang telah tahu dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti
berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kemestaan yang
seakan tak terbatas. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam
keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang
dicari telah dijangkau.
Filsafat merupakan kegiatan
pikiran. Pikiran manusia ini menerawang dan menelaah segala yang ada di alam
semesta. Penelaah ini melahirkan pengertian tentang realitas itu, upaya
mengetahui segala itu di lakukan secara sistematis, artinya
menggunakan hukum berpikir, pikiran filosofis ini mencari hakikat
segala sesuatu itu sampai ke pengertian yang paling dalam.
Filsafat memang dimulai dari rasa
ingin tahu.
Keingintahuan manusia ini melahirkan pemikiran. Manusia memikirkan apa
yang ingin diketahuinya. Pemikiran inilah yang disebut filsafat. Dengan
berfilsafat manusia kemudian menjadi pintar.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian
filsafat islam!
2.
Pengertian
pendidikan islam!
3.
Hubungan
filsafat dengan islam dalam filsafat islam!
4.
Hubungan
antara filsafat dan pendidikan!
5.
Kedudukan
filsafat islam dalam kajian pendidikan!
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Islam
Filsafat Islam adalah filsafat yang dihasilkan oleh para filosof
muslim, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd. Para filosof
muslim itu, seperti kata George C. Anawati, memiliki “starting point” yang
sama, yaitu “kebenaran-kebenaran Qur’ani”. Mereka, kata Ahmad Fuad al-Hawani,
memeperhitungkan unsur “Islam” dan menyesuaikan pandangan-pandangan falsafinya
dengan Islam itu.[1]
Para filosof muslim
berusaha menunjukkan bahwa pemikiran filsafat tidak mesti bertentangan dengan
agama. Bahwa ada hasil-hasil pemikiran manusia yang bertentangan dengan agama,
tidaklah disangkal, tapi hal demikian tidak boleh menjadi penghalang bagi
kegiatan berfikir, berfilsafat, atau mempelajari pemikiran filsafat. Kita, kata ibnu rusyd seyogyanyalah mengulurkan tangan kita
padabuku-buku para pemikir terdahulu dan memepelajari apa yang telah mereka
pikirkan (katakan). Jika pemikiran mkereka benar, kita terima, dan jika ada
yang salah, maka yang salah itu kita tolak.[2]
Esensi yang
sesungguhnya dari filsafat islam dapat dilihat dari beberapa
definisi sebagai berikut:
1. Filsafat islam adalah kajian tentang alam dan manusia dalam sinar terang
ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh Islam.
2. Sebutan “filsafah islam” diberikan kepada pemikiran
jemaat muslim tentang alam, metafisika, dan tentang manusia, individual dan sosial,
tetapi pemikiran falsafi mereka terkait dengan prinsip-prinsip dan pesan-pesan
yang dibawa oleh islam.
3. Filsafat muslim adalah satu paduan pemikiran-pemikiran barat dan timur
yang berada di bawah dominasi pengaruh ajaran islam. Paduan itu sedemikian rupa
sehingga filsafat muslim itu berkembang pada
jalan-jalannya sendiri, tidak tergantung pada pemikiran-pemikiran siapa pun yang
ditiru oleh filasafah muslim itu.
B. Pengertian Pendidikan Islam
Adapun yang
dimaksud dengan pendidikan Islam sangat beragam, hal ini terlihat dari definisi
pendidikan Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan berikut ini:
Prof.Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan
islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi,
masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas
asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.
Dr.
Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan islam sebagai upaya
mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untk lebih maju dengan
berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga
terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal,
perasaan, maupun perbuatan.[3]
Menurut Syah
Muhammad A. Naquib Al-Attas, pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan
pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang
benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Sehingga, membimbing ke
arah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan
wujud dan kepribadian[4]
C. Hubungan filsafat dengan islam dalam filsafat islam
Hubungan filsafat dengan islam dalam filsafat islam tidaklah sedangkal apa yang digambarkan oleh Y.W.M. Bakker.
Dengan memilih ungkapan “filsafat dalam islam”, bakker menyatakan bahwa filsafat hanya mempunyai nisbah lahir dengan islam, menyerupai hubungan
antara jemaah haji dengan kendaraan yang mereka tumpangi untuk pergi ke mekkah,
bukan nisbah batin antara jemaah itu dengan iman yang ada dalam hati mereka. Sebenarnya,
bila dilihat kembali ayat-ayat al-qur’an dan hadits-hadits nabi, yang mendorong
umat manusia agar belajar, menuntut ilmu, membaca, memperhatikan segala macam
fenomena, meneliti dengan seksama benar-bohongnya suatu informasi. Berupaya
mengambil pelajaran dari apa yang sudah diketahui melalui analogi, merenung,
berpikir danlain sebagainya.
Islam selain berfungsi sebagai roh yang menghidupkan filsafat dalam filsafat islam, dan selain berperan sebagai
yang memerintahkan aktivitas itu, juga berperan sebagai filter atau
sebagai alat pengukur terhadap pemikiran-pemikiran filsafat yang diserap dari mana pun atau yang dikembangkan sendiri oleh
para filosof muslim. Yakni wahyunya, juga berfungsi sebagai confirmator
bagi pikiran-pikiran filsafat yang sudah sejalan/sesuai dengan
ajaran-ajaran yang diinformasikan dalam wahyu. Jadi, hubungan islam dengan filsafat dalam filsafat islam dapat di ibaratkan seperti hubungan
iman dengan amal shaleh atau hubungan sebab dengan akibat. Islam dapat di
pahami sebagai efisien dan sebab formal bagi filsafat dalam filsafat islam. Itu berarti bahwa islam bukan saja sebagai penggerak
efektif terhadap filsafat, melainkan juga memberi bentuk
kepada filsafat itu, yakni bentuk-bentuk yang sejalan, sesuai, atau tidak
bertentangan dengan ajaran wahyu dalam islam sendiri.[5]
D. Hubungan antara filsafat dan pendidikan
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika,
yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis
dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif
antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada
akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.[6]
Lebih lanjut Kilpatrick dalam bukunya “Philosophy of Education”,
menjelaskan bagaimana hubungan filsafat dengan pendidikan sebagai berikut:
“Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha; berfilsafat adalah
memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik,
sedangkan mendidik adalah usaha merealisasikan nilai-nilai dan cita-cita itu
dalam kehidupan, dalam kepribadian manusia. Mendidik adalah mewujudkan
nilai-nilai yang dapat disumbangkan oleh filsafat, dimulai dengan generasi
muda; untuk membimbing rakyat membina nilai-nilai di dalam kepribadian mereka,
dan dengan cara ini pula cita-cita tertinggi suatu filsafat dapat terwujud dan
melembaga di dalam kehidupan mereka.” Dengan demikian jelaslah bahwa filsafat
dan pendidikan itu tidak dapat dipisahkan. Dalam hal ini filsafatlah yang
menetapkan konsep, ide-ide dan idealisme atau ideologi yang dibutuhkan sebagai
dasar/landasan dan tujuan pendidikan. Dan pendidikan merupakan usaha yang
mengupayakan agar ide-ide tersebut menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku,
dan bahkan membina kepribadian
E.
Kedudukan Filsafat Islam dalam kajian pendidikan
Perkembangan filsafat dalam dunia Islam tampak nyata setelah umat
Islam-bangsa Arab pada masa itu-berkomunikasi dengan dunia sekitar.
Perkembangan filsafat tersebut dipercepat oleh kaum muslimin dengan adanya
usaha-usaha penerjemahan berbagai macam buku ilmu pengetahuan, terutama
filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab. Di antara ciri khusus filsafat dalam
Islam adalah penggunaan Alquran sebagai landasan berpikir dan pembimbing bagi
kegiatan berfilsafat. Dalam Alquran tersebar ayat-ayat yang memerintahkan, mendorong,
serta membimbing umat Islam bertafakkur, bertafakkuh, menggunakan ra’yu,
mengadakan penyelidikan, penelitian, dan sebagainya.
Secara konkret dan praktis, kegiatan filsafat dalam dunia Islam
bermula dan tampak dalam sistem pengambilan kebijakan dengan jalan ijtihad.
Ijtihad adalah usaha untuk mendapatkan kebenaran dan kebijaksanaan dengan
menggunaka segenap daya akala pikiran serta potensi-potensi manusiawi lainnya.
Sistem ijtihad inilah yang menjadi dasar-dasar epistemologi dalam filsafat
Islam, yang kemudian dalam perkembangannya menimbulkan berbagai macam aliran
pemikiran filsafati dalam dunia Islam.
Filsafat sering pula diistilah kan dengan The mother of science
artinya induk (babon) dari segala ilmu pengetahuan. Disebut demikian disebabkan
filsafat tersebut merupakan cikal bakal atau bibit pengetahuan. Ilmu-ilmu yang
muncul sekarang ini tidak lain adalah turunan atau sebagian jawaban tentang
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh filsafat. Filsafat memiliki nilai
signifikan dalam proses pendidikan (ilmu pengetahuan) dalam mengkoordinasikan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam pendidikan.
Oleh karena itu, filsafat merupakan salah satu dari beberapa yang
menjadi landasan pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan suatu acuan yang
dijadikan bahan referensi dalam menentukan pendidikan, maka harus adanya sistem
pendidikan dalam membina filsafat pendidikan yang menyeluruh, realistis,
fleksibel dalam mengambil landasan-landasan dan prinsip-prinsipnya dari
prinsip-prinsip dan ajaran islam yang mulia dan akidahnya yang berkaitan dengan
watak alam jagad manusia masyarakat dan krehidupan dan juga hubungan
elemen-elemen ini semua satu sama lain di satu sisi dan hubungannya dengan
penciptaannya disegi yang lain. juga yang berhubungan dengan watak ilmu pengetahuan
manusia watak nilai-nilai moral dan watak proses pendidikan dan fungsinya dalam
kehidupan.
Selain itu juga, filsafat memiliki nilai historis dalam
mentransformasikan pendidikan, sehingga filsafat sering disebut ibu atau ratu
pengetahuan (The mother atau The queen of the science), sebab dalam
dirinya telah lahir berbagai ilmu. Puncaknya pada abad ke-19 berbagai ilmu
masih dipandang sebagai cabang filsafat: fisika dan kimia masih dibawah
filsafat alam, psikologi masih dibawah filsafat mental, serta polotik, ekonomi
dan sosiologi berada di bawah paying filsafat moral. Lambat laun ilmu-ilmu
tumbuh dan berkembang menjadi mandiri dalam penemuan fakta empiris.
Dengan adanya nilai historis yang teraplikasi dalam filsafat secara
tidak langsung filsafat dapat mengkoordinasikannya dalam proses pendidikan
serta membantu dalam perkembangannya sehingga mampu menjadi suatu landasan
untuk dijadikan refrensi, untuk dioprasionalkan, selain itu filsafat juga
berada sebagai satuan social. Dan gagasan dasarnya terletak pada kebenaran
ilmu, serta gagasan tentang manusia. Dari sini, satuan social diletakkan
sebagai akar kehidupan kemanusiaan, tampak pula didalamnya gagasan tentang
filsafat manusia, alam, dan pendidikan. Pendidikan harus percaya bahwa
pencapaian keutamaan hidup itu memerlukan daya kreatif dengan kekuatan akal
pikiran dan kesediaan berkorban.
Kesempurnaan akal pikiran diperoleh seseorang jika bisa membedakan
dan membandingkan kebenaran dan kesalahan. Pendidikan yang berguna bagi
penyempurnaan jauh lebih penting dibandingkan memenuhi kebutuhan akal. Fungsi
filsafat pendidikan yang lebih konkret dijelaskan oleh Ahmad D. Marimba.
Menurutnya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjadi pegangan pelaksanaan
pendidikan yang menghasilkan generasi-generasi baru yang berkepribadian muslim.
Generasi-generasi ini selanjutnya akan mengembangkan usaha-usaha
pendidikan dan mungkin mengadakan penyempurnaan atau penyusunan kembali
filsafat yang mendasari usaha-usaha pendidikan itu, sehingga membawa hasil yang
lebih besar. Pendapat yang terakhir memberi petunjuk bahwa filsafat pendidikan
islam selain menjadi acuan bagi pendidikan dalam menghasilkan generasi yang
islami, diharapkan juga dapat mendukung pengembangan konsep filsafat pendidikan
islam itu sendiri.
Dengan demikian, pendapat yang terakhir ini lebih mengorientasikan
filsafat pendidikan pada upaya menghitung tercapainya tujuan pendidikan, selain
itu dari seluruh kegiatan dan aspek pendidikan yang ada, pada akhirnya memang
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Jadi, seseorang boleh
saja mengorbankan atau merubah cara, tetapi tidak boleh begitu saja merubah
atau mengorbankan tujuan pendidikan. [7]
PENUTUP
Kesimpulan
Islam selain
berfungsi sebagai roh yang menghidupkan filsafat dalam filsafat islam, dan
selain berperan sebagai yang memerintahkan aktivitas itu, juga berperan sebagai
filter atau sebagai alat pengukur terhadap pemikiran-pemikiran filsafat
yang diserap dari mana pun atau yang dikembangkan sendiri oleh para filosof
muslim
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika,
yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis
dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi
Secara konkret dan
praktis, kegiatan filsafat dalam dunia Islam bermula dan tampak dalam sistem
pengambilan kebijakan dengan jalan ijtihad. Ijtihad adalah usaha untuk
mendapatkan kebenaran dan kebijaksanaan dengan menggunaka segenap daya akala
pikiran serta potensi-potensi manusiawi lainnya. Sistem ijtihad inilah yang
menjadi dasar-dasar epistemologi dalam filsafat Islam, yang kemudian dalam
perkembangannya menimbulkan berbagai macam aliran pemikiran filsafati dalam
dunia Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Abdul Aziz. Pemikiran Falsafi Dalam Islam. Jakarta: Karya Unipress, 2003.
http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/hubungan-filsafat-dan-pendidikan/.
Diakses pada tanggal 14 oktober 2014
http://chaydar-wahyoepratama.blogspot.com/2012/05/kedudukan-filsafat-islam-dalam-kajian.html.
di akses pada tanggal 15 oktober 2014
http://bambumoeda.wordpress.com/2012/06/11/pengertian-pendidikan-islam/.
Di akses pada tanggal 15 oktober 2014
http://topiknugroho.wordpress.com/2013/12/04/pengertian-pendidikan-islam/.
Diakses pada tanggal 15 oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar